Rabu, 22 Juni 2016

MENIKMATI MALAM YANG TERANG di GUSTAV WASA MORA

Musim semi tahun ini, musim yang lumayan repot buat suami. Ada aja yang dikerjakan. Dan puncaknya adalah ketika mempersiapkan pemindahan sebuah bangunan rumah tua, dari desa lain ke halaman rumah kami. Persiapan yang benar benar menguras waktu dan tenaga. Meskipun di tengah kesibukannya, sebisa mungkin suami tetap mengusahakan adanya quality time diantara kami. Baik di rumah maupun sekedar jalan ke kota. Meskipun kesibukan itu lumayan merubah beberapa agenda yang sudah jauh hari kami rencanakan. Dan lagi lagi sekarang, setelah semuanya beres, seperti tahun tahun sebelumnya,  seminggu menjelang midsummer, dia sengaja cuti ngantor. Ini yang gue suka. Setidaknya suami kebanyakan di rumah. Dan gue punya teman. Terlebih lagi,  kami bisa menikmati musim panas ke beberapa tempat di Dalarna. Yang dekat dekat aja. Yang penting enjoy. Hal ini memang sudah diniatkan oleh suami. Refreshing!
 
Kapal Gustav Wasa M/S 
Dan hal pertama yang diagendakan suami adalah mengajak gue makan malam di sebuah kapal  bernama Gustav Wasa M/S. Kapal dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Kapal kecil dan sederhana. Namun untuk kenyamanan dan kebersihannya tidak perlu diragukan.  Di saat musim panas, Gustav Wasa menjadi salah satu pilihan refreshing yang menarik di kota Mora.
Meskipun cuma sebuah kapal kecil, Gustav Wasa sudah berdiri sejak tahun 1800 an. Dan merupakan kapal satu satunya di kota Mora, yang memberikan fasilitas makan malam sambil mengelilingi Danau Siljan selama 3 jam.
Kapal ini hanya bisa digunakan selama musim panas saja. Sudah pasti. Karena di saat winter danau Siljan membeku. Hihihihi.
 
View kota Mora ketika kapal meninggalkan dermaga. 
View kota Mora ketika kapal meninggalkan dermaga, dengan patung Dalahorse yang besar.
Sebelumnya, suami sudah melakukan reservasi tempat untuk hari Senin tanggal 21 Juni 2016. Tiket masuk dikenakan 100 SEK perorang. Mulai pukul 18.30 sampai dengan pukul 21.30 waktu Swedia.
 
Ketika kami datang, beberapa orang berdiri menunggu di depan kapal. Tak lama, kami pun dipersilahkan masuk. Berhubung saat ini belum termasuk Summer Peak Season, penumpangnya cuma sedikit. Yang terpakai cuma satu meja panjang, dan 3 meja kecil. Kalau pas ramai, kapal ini bisa penuh. Suami kurang suka. Dan gue pun setuju. Lebih suka suasana yang tenang. Moto moto juga lebih enak. Hahahah. Maaf, ini penting banget soalnya.
Foto di dalam kapal
 
 

Meja banyak yang kosong
Begitu penumpang masuk, pukul setengah tujuh malam kapal langsung bergerak meninggalkan dermaga. Ga pakai lama dan ontime banget. Asik sih. Menikmati  view di malam hari  yang masih jelas terlihat terang. Seperti makan siang jadinya. Sesekali, gue melihat orang bermain scooter di air. Bahkan ada pesawat kecil yang berjalan di air.
Kapal pun melewati beberapa kawasan yang masih termasuk di wilayah kota Mora. Tapi ya itu, kebanyakan viewnya hampir sama. Barisan pulau dan pegunungan kecil. Tidak ada gemerlap lampu, layaknya ketika menaiki city cruise di Bangkok. Atau cruise kecil di Halongbay Hanoi, dengan view tebing batu yang berserak di sepanjang bay dan sangat dekat ke badan kapal. Ahhh jadi kangen jalan jalan di Asia. Tapi ya lagi lagi, alam di  setiap negara berbeda. Jadi dinikmati saja.
Lantai 2 kapal 

Daftar menu di atas meja.

 

Penataan meja di kapal. Benderanya lucu.
Sambil menikmati view ala kadarnya, kami menikmati menu makan malam. Menu makan malam yang lumayan enak. Daging steaknya empuk banget. Tapi gue kurang suka saosnya. Sedikit aneh. Aroma winenya berasa banget. Bukan penyuka saos dengan campuran wine.
Untuk harga makanan, perorang dikenakan 400 SEK. Termasuk appetizer, main food dan dessert.

Sayangnya cuaca kurang bersahabat. Agak berangin dan lumayan dingin. Jadi ketika suami mengajak keluar kapal, gue agak malas. Paling menjelang kapal balik ke kota Mora, gue baru keluar. Oh ya, berhubung penumpang sedikit, jadi ruang lantai dua kapal ini kosong. Bahkan kami sempat berbicara dengan kapten kapalnya. Gue sempat melihat layar kompas di monitor komputer. Kapal berjalan seperti layaknya mobil di GPS. Berjalan di jalur yang sudah ditentukan dalam sistem. Kaptennya banyakan cuma berdiri santai.

Semakin malam, waktu menunjukkan pukul 21 lewat. Ketika gue dan suami serta beberapa penumpang menikmati view di luar kapal. Keadaan tetap terang benderang. Tapi dinginnya lumayan menusuk tulang. Dan tak lama kapal kembali menyandar di dermaga kota Mora. Kami pulang menuju desa kecil dimana rumah menunggu. Tack suami, buat makan malam nya.


 
 
 
 


 
Karena kapal berukuran kecil, jadi tidak ada panggung hiburannya. Cuma alunan musik. Musik ABBA tepatnya. Hahahha. Gue sempat bosen sih. Kayanya 3 jam kelamaan menurut gue. Paling ya gue foto foto lah. Tapi setidaknya, daripada nongkrong di rumah, ya mending lihat udara segar di luar toh.

Berikut foto foto yang gue ambil ketika berada di kapal.
 
Bermain scooter

View dari kapal 
 
 

 

Ada pesawat kecil

 

 
 
 See you in my next story




Salam dari
Mora, Dalarna, Swedia

Minggu, 12 Juni 2016

FRYKSÅS, TEMPAT MENARIK di ORSA DALARNA

Beberapa hari ini pengen banget menulis dengan segala ide yang bermunculan di kepala gue. *di jidat gue yang nong nong tepatnya*
Mungkin karena cuaca lumayan bersahabat, yang memungkinkan gue bisa melancarkan aksi hobby "memotret ala ala", baik itu sewaktu jalan-jalan ke kota maupun di sekitar tempat tinggal gue.
Tapi seperti biasa, untuk memulainya lumayan susah. Mulai dari menyusun kalimat, memilih foto, editing, sampai virus langganan yang kerap kali melanda. Apalagi kalau bukan MALASSSSSSSSSSSSSS!!
 
Meskipun begitu, untungnya hari ini gue lumayan bersemangat. Mumpung masih fresh di ingatan.
Kali ini pilihan cerita jatuh ke sebuah kota bernama Orsa. Kota kecil di propinsi Dalarna. Lagi lagi sebuah kota yang tidak begitu jauh dari tempat gue. Kurang lebih 45 menit mengendarai mobil. Yup, sesering mungkin memang cerita dalam tulisan gue lebih banyak di sekitar Dalarna, karena bagi gue, sebagian wilayahnya lumayan layak untuk gue jadikan bahan cuap cuap di blogs. Maklum jam terbang trip ke luar negerinya jarang. Lebih banyak trip hemat dan murah meriah. Hahaha.  
 
Bercerita tentang Orsa, bagi gue tidak ada yang istimewa. Terutama di bagian pusat kotanya. Bukanlah pusat kota yang luar biasa. Kota standard, layaknya kota kota kecil di Dalarna.  Namun meskipun begitu, bukan berarti Orsa tidak memiliki nilai jual. Landscape alam yang dimiliki tempat ini lumayan menawan. Ada beberapa tempat yang bisa dibilang sukses membawa Orsa menjadi salah satu daerah wisata yang dikenal di Dalarna. Diantaranya adalah Fryksås Fäbod, Grönklitts Toppstuga  dan Orsa Björn Park (Taman Polar Bear).
 
Kali ini gue akan membahas tentang salah satu tempat dari tiga tempat yang gue sebut di atas. Selebihnya akan gue tulis di tulisan berikutnya.


Hotel Fryksås dengan tampilan oldstyle
Pertama sekali gue berkunjung ke Fryksås, sekitar dua tahun yang lalu. Tepatnya di saat winter. Ceritanya mau dinner berdua suami. Kesan pertama yang gue ingat adalah, sepi yang luar biasa. Menelusuri jalanan di sebuah tempat layaknya kota mati. Tidak terlihat satu pun mobil lain yang lewat. Hanyalah deretan rumah rumah kayu tua yang tidak berpenghuni. Sampai gue bertanya ke suami, ini ga salah jalannya? Dengan asumsi, apa iya ada restoran untuk sebuah nice dinner di tempat seperti ini? Restoran apa sih? Apalagi jalanan yang kami tuju semakin lama rasanya semakin tinggi. Di saat winter, meskipun ada lampu di sepanjang jalan, tapi tetap saja suasana  berbeda. Berasa lebih gelap yang nyaris menusuk hati. Hahaha.
Membuat galau. Dan pastinya membuat rasa sepi lebih berasa.

Hiasan di dinding Hotel Fryksås
Dan tidak menunggu lama, kami pun sampai di sebuah gedung yang lumayan besar. Hal kedua yang gue ingat adalah, gue sedikit kaget dan nyaris tidak percaya. Ternyata benar! ada restoran di tempat sepi ini. Dan restorannya di sebuah hotel lagi. Hah, ada hotel di sini? lagi lagi anak katrok bertanya waktu itu. 
Beberapa mobil terlihat di halaman parkir hotel, dan begitu memasuki ruangan hotel, gue disambut dengan berbagai barang antik. Seperti bukan hotel. Penataan ruangan layaknya seperti ruang tamu rumah. Namanya waktu itu gue belum lama di Swedia, jadi lumayan merasa aneh dengan segala yang gue lihat. Sepi dan jadul. Sampai berpikir, hadehhhhh, ini hotel apa ga sih.
Suami gue tidak menjelaskan sebelumnya tentang keberadaan tempat ini. Dan gue pun malas bertanya banyak. Tinggal ngikut saja. 

Ruangan di sekitar pintu masuk hotel. Perhatikan barang barang antik itu. Meskipun begitu yang namanya foto teteeepppp.
Barulah ketika memasuki ruangan restoran, langsung berasa beda. Lebih elegan. Penataan meja, kursi, piring dan gelas serta lampu di ruangan, membuat gue baru percaya. Ohhh...ternyata benar. Ini memang hotel. Hahahahahha.
Dan semakin ke sininya gue baru mengerti, yang namanya barang antik dan bangunan tua, memiliki kelas tersendiri di Swedia. Semakin tua dan antik, jauh dari keramaian, semakin memiliki nilai jual.

Penataan meja di restoran

 
Semua berawal dari cerita sejarah di masa lampau, yang menjadikan kawasan Fryksås sebagai tujuan wisata beberapa kalangan. Cerita kultur budaya masyarakat Dalarna ratusan tahun yang silam. Kultur budaya yang mengingatkan pengunjung akan kehidupan di masa lampau. Jaman dimana era modernisasi belum muncul.
 
Memelihara hewan ternak, dalam hal ini ternak sapi, adalah salah satu kegiatan rutin sebagian masyarakat Dalarna ratusan tahun silam. Di jaman ini, biasanya masing masing desa membangun satu pemukiman lain, yang letaknya lumayan jauh dari desa mereka tinggal. Pemukiman yang digunakan khusus untuk ternak sapi di saat musim panas saja. Kawasan pemukiman sapi di musim panas ini biasanya dikenal dengan sebutan Fäbod.  Jadi di jaman ini, ketika musim panas tiba, peternak sapi lebih banyak menghabiskan waktunya di sekitar Fäbod.
 
Pertanyaannya adalah"Mengapa mereka harus membawa sapi dan  membangun pemukiman baru di tempat lain? Dan mengapa harus di saat musim panas saja?
Jawabannya adalah : Karena di saat musim panas, sebagian besar lahan di desa digunakan untuk pertumbuhan rumput. Yang mana rumput ini sengaja dibiarkan dan tidak diberikan kepada sapi, agar nantinya ternak mereka memiliki stok makanan di saat musim dingin. Sehingga di saat musim panas, sapi sapi dibawa ke tempat lain. Biasanya  mereka memilih lokasi  yang sangat dekat ke hutan. 

Beberapa bangunan rumah yang dulunya dihuni di saat musim panas saja. Bangunan yang terdiri dari rumah tinggal warga desa, rumah khusus tempat sapi dan gudang tempat bahan makanan.  



Beberapa bangunan rumah yang dulunya dihuni di saat musim panas saja. Bangunan yang terdiri dari rumah tinggal warga desa, grumah khusus tempat sapi dan gudang tempat bahan makanan.  

 
Beberapa bangunan rumah yang dulunya di jaman ratusan tahun silam,  dihuni di saat musim panas. Bangunan yang terdiri dari rumah tinggal warga desa, rumah khusus tempat sapi dan gudang tempat bahan makanan.  
 
Tak terkecuali dengan Fryksås, kawasan ini pun awalnya merupakan Fäbod, yang diperuntukkan sebagai hunian musim panas bagi penduduk dan ternak  sapi mereka. Berdasarkan catatan sejarah, sejak tahun 1540 an, kurang lebih  ada 40 keluarga yang membangun Fäbod di Fryksås. Terdiri dari bangunan rumah penduduk, gudang gandum dan rumah sapi. 
 
Berbeda dengan Fäbod di desa lain kala itu,  keindahan alam di sekitar Fryksås, membawa cerita lain. Sekitar tahun 1800 an, kawasan ini menarik perhatian para turis. Dari waktu ke waktu, Fryksås Fäbod mulai di kenal. Kunjungan para turis terus berlanjut tanpa menghentikan kegiatan ternak sapi di Fryksås Fäbod. 
Dan pada tahun 1964, Fäbod di Fryksås tidak beraktivitas lagi dan hanya meninggalkan bangunan bangunan tua yang masih terjaga baik hingga sekarang. 

Di sekitar Fryksås, mata lumayan akrab dengan pagar kayu tua seperti ini 

Bangunan lama yang dimodifikasi, dengan backround yang menawan 

View kawasan Fäbod dari balkon restoran hotel Fryksås, sebgaian dari rumah ini dipakai sebagai rumah sapi 
Hingga akhirnya, dari waktu ke waktu, Fryksås Fäbod mengalami pergeseran nilai. Mulai dari pengalihan lahan dan pembangunan bangunan bangunan baru berupa summer house, cafe sampai toko souvenir handmade. Dan tentu saja, bangunan lama yang menjadi daya tarik tempat ini tetap di pertahankan. 
 
Jadi jangan heran, jika berkunjung ke Fryksås, sebagian besar bangunan yang terlihat adalah bekas peningglan rumah ternak sapi dan rumah hunian pemiliknya. Meskipun begitu, jangan membayangkan rumah sapi yang kotor dan berbau tidak sedap. Tidak sama sekali. Justru malah terlihat unik.
 
Di saat winter pun, Fryksås Fäbod ada saja yang mengunjungi. Berkunjung ke tempat ini jangan membayangkan pengunjung yang hiruk pikuk. Sepertinya kebanyakan pengunjung sengaja datang hanya untuk menikmati ketenangan lingkungannya. Justru suasana sepi itulah yang mereka cari. Berjalan kaki di sekitar Fäbod, tanpa banyak orang yang lalu lalang. Karena di saat winter, view di tempat seperti ini pun memberikan sajian yang menarik. Ketika mulai gelap, mereka bisa menikmati suasana hotel dan restorannya.  
 
View danau Orsa dari balkon restoran hotel Fryksås  

Balkon kayu tua restoran hotel Fryksås 

Tangga di halaman depan hotel Fryksås dengan view kawasan Fäbod 
 
Seperti yang gue singgung di atas, meskipun terlihat sederhana dan terkesan menyendiri dan jauh dari keramaian kota, hotel Fryksås lumayan memiliki kredibilitas pelayanan yang baik. Bahkan untuk sebuah wedding party dan Nice dinner sekalipun. Ketika gue dan suami berkunjung ke hotel Fryksås, kebetulan ada pasangan yang sedang merayakan acara wedding.
Untuk makanan? Gue bilang enak! beberapa kali ke restoran hotel ini, gue puas dengan citra rasa dan penyajiannya. Belum lagi view di restorannya yang lumayan membuat asoy. Soal harga, memang sedikit relatif mahal. Untuk sebuah menu Fika saja (semacam ngopi cantik ala orang Swedia), harganya kurang lebih 300 SEK, terdiri dari secangkir kopi dan satu porsi icecream dan waffel. Untuk menu dinner, mostly 1000 SEK atau lebih.

 
 
Ruangan restoran 
Balkon restoran 
View kawasan Fäbod dari balkon restoran 
Untuk mengelilingi kawasan Fryksås Fäbod, pengunjung harus rela berjalan kaki. Tidak diperbolehkan sambil mengendarai mobil. Karena kawasan ini memang dikenal sebagai kawasan yang tidak memberikan acces kendaraan untuk publik. Dikarenakan semua bangunan di Fryksås Fäbod bersifat privat. Jadi mobil harus diparkir di tempat yang sudah tersedia. 
Pengunjung hanya boleh melihat semua kawasan dari luar halaman bangunan dan tidak diperbolehkan masuk ke dalam. 
Di saat summer, biasanya tempat ini lebih ramai. Karena selain turis, pemilik rumah di Fryksås pun mulai berdatangan untuk berlibur. 



Kawasan Fryksås, ini keren banget, gue suka. Seperti di film film 
 
 
 Hantverksbod, semacam rumah yang menjual kerajinan tangan hanya di saat musim panas.
 

 
Ok lah, tidak banyak yang bisa gue ceritakan. Lihat foto fotonya saja ya. Setidaknya dari foto lebih gampang membayangkan tempatnya kan.

Suka dengan backroundnya. Sebagian dari rumah kayu itu adalah tempat tinggal sapi dulunya. 


See you in my next story



Salam dari
Mora, Dalarna, Swedia